Tanah yang di berkati

Pages

Kamis, 02 Maret 2017

INDONESIA, MAKKAH DAN LAS VEGAS; Refleksi Sosial dari sebuah Buku

Makkah
Islam Indonesia Ketika Makkah menjadi seperti Las Vegas, adalah judul buku yang menarik. buku yang ditulis oleh Mirza Tirta Kusuma serta deretan para penulis-penulis sekaliber lainnya seperti Azzumardi Azra, Komaruddin Hidayat, Surya Dharma Ali, Martin Van Bruinessen dan lainnya.
Buku yang tebal berisi 443 halaman ini menceritakan tentang analisis dan deskripsi kritis, atau lebih tepatnya otokritis terhadap sebuah keadaan yang dinamakan Empty Shell, suatu kekosongan spiritual sehingga menghilangkan makna hakiki didalam eksistensi agama. kekosongan itu tergantikan dengan matrelialisme duniawi dengan bentuk yang komplit dan kompleks. Mirza berhasil mendeskripsikan gejala-gejala tersebut dalam bentuk analisis yang cukup kritis. Makkah telah menjadi simbol Islam dan sekaligus simbol kapitalisme, sebab souvenir-souvenir haji, seperti perhiasan, emas dan berlian di jual kepada para jamaah, yang paling memprihatikan dalam hal ini bahwa desain kota yang baru ini telah menghancurkan warisan-warisan historis arkeologis yang ada.
lanjutnya lagi, seblum dan bahkan pada masa kekuasaan ottoman, tak satu bangunan pun di Mekkah yang mempunyai tower yang melebihi tinggi Masjidil Haram di Makkah tersebut. sekarang tower-tower lebih tinggi dan lebih sangat tidak menghormati mekkah, sebut Dr. Irfan pendiri The Islamic Heritage Foundation, sebuah lembaga yang melindungi sejaran Islam di Mekkah dan Madinah. ia telah mengkatagorisasi sekitar lebih dari 300 situs kuno yang telah dihancurkan, termasuk di dalamnya makam dan masjid. rumah dimana Nabi tinggal ketika itu telah di hancurkan dan sekarang menjadi sebuah perpustakaan yang tidak terurus (saat itu).
Buku 

deskripsi di atas melahirkan kekhawatiran kita akan keberlangsungan ritus-ritus peninggalan budaya Islam yang  pernah menjadi kenangan indah dan pernah menjadi sebuah kerajaan yang gemilang berhasil menjadi sebuah kekuasaan yang mendamaikan alam semesta ini. sayangnya, buku ini HANYA membahas sekelumit tentang fenomena Arab tersebut, selebihnya belum tuntas sebagai kajian yang sebenarnya harus komferhensif untuk di bahas. Tulisan Mirza tersebut sayangnya tidak di sambut dan di teruskan oleh para penulis-penulis berikutnya di dalam buku tersebut, sehingga tema yang menjadi pkok di dalam buku itu serasa lemah.
kunjungan Raja Arab kini menjadi buah bibir di Indonesia bahkan dunia Internasional, opini terus beredar dari negatif maupun positif. jika kedatangan Raja Arab HANYA mewakili Raja ARAB yang membawa sejuta kemewahan untuk bangsa Indonesia, maka tak berbeda dengan kedatangan Donal Trumpt, ataupun Obama dan penguasa-penguasa kapitalis lainnya. Namun jika kedatangan Raja Arab mewakili Raja yang menjaga dua kesucian kota (Haramayyin), tentulah ia hadir membawa simbol kesederhanaan dan kebersahajaan. kita tak ingin Agama terkooptasi oleh kekuatan kapitalis yang infrastruktur-infrastruktur serta fasilitas mewah sebagai simbol mengaumnya raum hedonisme yang berbungkus Agama. Tuan..Ajarilah bangsa Indoneisa ini untuk terus bersikap KAYA di tengah kemiskinan, dan ajarilah kami untuk terus SEDERHANA di tengah kemewahan

0 komentar:

Posting Komentar